BARUS: KERAJAAN ASAL SUMATRA YANG SANGAT TERKENAL

Share:
Barus atau yang sebelumnya dikenal dengan Fansur, merupakan salah satu pelabuhan tua yang sudah berdagang emas serta kamper sejak ribuan tahun lalu.

Menurut kronik Barus yang berjudul Sejarah Tuanku Badan, Kesultanan Barus bermula dari berpindahnya anggota keluarga Kesultanan Indrapura ke Tarusan, Pesisir Selatan. Dari sini kemudian mereka pergi ke utara hingga tiba di Barus.

Menurut kronik itu, Kesultanan Barus didirikan oleh Sultan Ibrahimsyah bin Tuanku Sultan Muhammadsyah dari Tarusan, Pesisir Selatan, tanah Minangkabau.

Kepergian Sultan Ibrahimsyah (Ibrahim) ke Barus setelah ia berseteru dengan keluarganya di Tarusan. Ia pergi menyusuri pantai barat Sumatera hingga tiba di Batang Toru. Dari sini ia terus ke pedalaman menuju Silindung. 

Di pedalaman, masyarakat Silindung mengangkatnya sebagai raja Toba-Silindung. Di Silindung, Ibrahim juga membentuk institusi empat penghulu seperti halnya di Minangkabau. Penghulu ini berfungsi sebagai wakilnya di Silindung. Selanjutnya ia menuju Bakara dan menikah dengan putri pimpinan setempat. Dari putri Batak itulah, Sultan Ibrahim memiliki putra yang bernama Sisingamangaraja.

Setelah itu ia melanjutkan perjalanannya ke Pasaribu. Disana masyarakat setempat menanyakan dari mana asalnya dan bertujuan untuk apa datang kesana. Untuk menyenangkan hati raja, Ibrahim menjawab bahwa ia datang dari Bakara dan bermarga Pasaribu. Mendengar kesamaan marganya dengan Ibrahim, Raja Pasaribu sangatlah senang.

Ia kemudian meminta Ibrahim untuk tinggal di Pasaribu. Namun Ibrahim merasa bahwa tempat ini tidaklah cocok untuknya. Maka bersama raja dari Empat Pusaran (empat suku) ia pergi hingga tiba di tepi laut. Tempat ini kemudian dinamainya Barus, serupa dengan nama kampung kecilnya di Tarusan, Pesisir Selatan. Disini ia diangkat sebagai raja dengan gelar Tuanku Sultan Ibrahimsyah.

Pada abad ke-14, Kesultanan Barus merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Pagaruyung, bersama Tiku dan Pariaman, yang menjadi tempat keluar masuk perdagangan di Pulau Sumatera.

Tahun 1524, Barus jatuh di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh. Posisi kesultanan ini kemudian menjadi vassal Aceh hingga tahun 1668. Selama pendudukan Aceh banyak penduduk Barus yang sebelumnya penyembah berhala menjadi muslim.

Dalam perkembangannya Kesultanan Barus dipimpin oleh dua orang raja, yakni Raja di Hulu yang memimpin masyarakat Toba-Silindung (pedalaman) dan Raja di Hilir yang membawahi orang-orang Minangkabau (pesisir) yang bermukim dari Barus hingga Batahan.

Pembentukan dua raja ini bertujuan untuk memberikan keuntungan terhadap dominasi Aceh di Barus, sekaligus melegitimasi kedudukan raja-raja Batak. Sejak kehadiran VOC pada tahun 1668, kedua raja ini memiliki sikap yang berbeda. Raja di Hulu menolak kehadiran VOC dan mengangkat setia kepada sultan Aceh, sedangkan Raja di Hilir menerimanya dan menentang monopoli Aceh di Barus.

Pada abad ke-19, Barus berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda dan menjadi bagian propinsi Sumatra's Weskust yang berpusat di Padang.

Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Kesultanan Barus lebih bersifat demokratis seperti halnya nagari-nagari di Minangkabau, dengan "balai" sebagai tempat permusyawaratan dan mufakat. Setiap masyarakat berperan dalam pengambilan keputusan di kerajaan.

Kesultanan Barus merupakan kerajaan Islam yang terletak di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Sultan Ibrahimsyah dan berakhir pada saat pendudukan Hindia Belanda pada abad ke-19.

Kerajaa Barus adalah generasi dari kerajaan Batak Tua yang telah hancur diserang pasukan Cola Dewa waktu itu(thn 1024-1030), makanya kerajaan Barus ini disebut juga kerajaan” Hatorusan”. Yang mana Hatorusan artinya generasi penerus, Serta Raja-Raja yang memimpinpun di Kerajan Barus inipun masih orang-orang dari kerajaan Batak Tua.

Kala itu Raja Malim dari Batak Tua Menobatkan menatunya menjadi Pemimpin ditengah-tengah Rakyat yang disebut Sirajai Jolma untuk memegang tampuk pemerintahan. Raja dari kerajaan Barus yang pertama bernama Raja Mula. kerajaan ini kembali membangun perniagaan di pelabuhan Barus dan berhasil menjalin hubungan baik keberbagai bangsa di dunia, antara lain bangsa China, India, dan Yunani. Orang-orang China dan India senangdatang dengan membawa barang dagangannya berupa barang-barang keramik seperti piring ceper yang disebut “pinggan pasu” dan ditukarkan dengan kapur barus (getah kayu kamfer), karena pada masa itu masih berdagang dengan sistem barter. Aktifitas dari rakyat kerajaan barus ini adalah mencari getah kayu kamfer ketengah- tengah hutan begitu juga dengan rempah-rempah yang mau diexport ke negri lain.

Seteleh beberapa generasi kemudian masuklah kezaman Megalitikum dan mereka mulai megenal mata uang berupa coin emas dan logam. Para pedagang dari kerajaan barus khususya orang Tamil senang mengembangkan perdagangannya sampai kepulau Madagaskar. Kala itu Madagaskar adalah menjadi pusat dan persinggahan perniagaan bangsa-bangsa dari benua Asia ke benua Afrika.

Berikut ini adalah silsilah dari kerajaan Barus yang menganut sistem Dinasti yakni:
  1. Raja Mula
  2. Raja Donia
  3. Sori Mangaraja Batak I
  4. Nasiak Dibanua
  5. Sori Mangaraja Batak II 
Sudah menjadi kesefakatan bagi kerajaan Batak, bahwa yang berhak menjadi Raja adalah bagi siapa diantara putra Raja yang memperistrikan putri dari Raja Malim. Maka dari itu setiap Putra dan Putri dari Raja itu harus memanggil Paman (Tulang) kepada Raja Malim(Saudara laki-laki dari Ibu). Sehingga sampai sekarangpun suku Batak tetap hormat kepada pamannya dan mensakralkan bahwa Paman itu sebagai Tuhan yang nampak (Debata/ Dibata/ Naibata Nataridah).

Sori Mangaraja Batak II Memperistrikan Putri dari Raja Malim. Dari hasil pernikahannya Sori Mangaraja II memperoleh 5 Putra yakni:
  1. Siraja Bahar
  2. Sinabeuk
  3. Sipakpak
  4. Jonggolnitano
  5. Raja Mangisori(Nagaisori)
Diantara ke-5 bersaudara Putra dari Sori Mangaja II hanya Sinabeuk yang menikahi Putri dari Raja Malim oleh sebab itu sesuai dengan peraturan dalam kerajaan, dialah yang berhak menjadi Putra Mahkota dan menjadi generasi penerus kerajaan dikemudian hari. Sinambeuk mepunyai seoang putra yang diberi nama Si Raja Batak. istri dari Raja Sinambeuk mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Mutya Raja.

Sekitar tahun tahun 1174M kerajaan Barus diserang oleh Melayu Pagaruyung dan Saudagar Islam dari Gujarat Machedonia dan tidak tahu apa sebabnya. Dalam perang ini banyak sekali memakan korban dan pasukan dari musuh mengincar pemimpin kerajaan dan beserta keluarganya agar di bunuh supaya jangan timbul dendam dikemudia hari. Perang berkecambuk begitu hebatnya yang menurunkan angkatan perang dengan pasukan berkuda, pasukan penunggang gajah, pasukan tombak, pedang dan beladiri,Karena melihat kondisi semakin parah maka Sori Mangaraja II dan Sinambeuk anaknya; memberikan mandat Kepada Raja Malim (Mutya Raja) agar megambil alih pemerintahan buat sementara dan membuat kebijaka-kebijakan untuk menyelamatkan asset kerajaan dan menyuruh agar SiRaja Batak segera melarikan diri keluar dari wilayah kerajaan Barus. 

Mutia Raja menyuruh Si Raja Batak agar membawa benda-benda pusaka dari kerajaan berikut surat-surat pustaka (laklak) dalam seruas bambu dan membuat sumpah “ Tabu-tabu sitara pullang, ia sian dia dalan na ro , ikkon tusi muse dalanna sumuang” setelah itu SiRaja Batak pergi ke Pusuk Buhit sesuai dengan mandat pamannya dan di sana ada sebuah Gua (liang) dan segeralah bersembunyi disana. Mengapa Mutia Raja tau disana ada sebuah Gua? Karena Gua itu adalah tempat pertapaan /semedi dari Mutia Raja di hari-hari sebelumnya.

Di dalam situasi dan kondisi perang hebat karena Saudagar Islam dan Melayu Pagaruyung menyerang begitu bringasnya sehingga di dalam perang ini Sori Mangaraja II beserta Sinabeuk putranya itu wafat dalam perang mempertahankan kebenaran dan kedaulatan kerajaannya' maka putra-putra dari Sinambeuk yang lain diperintahkan agar pergi menyelamatkan diri keluar daerah, sehingga beberapa generasi kemudian mereka saling mengetahui bahwa:
  1. Si Raja Bahar beserta pengikut setianya pergi kedaerah Garo (karo). Ditanah Garo ini SiRaja Bahar memulai hidup beserta pengikut setianya dan dikemudian hari mereka berbaur dengan suku melayu Deli beserta sukun Aceh bagian timur.
  2. Raja Sinabeuk wafat dalam perang. Putra daripada Sinambeuk yang bernama SiRaja Batak saat berumur 19 tahun pergi dari kerajaan Barus ke Pusuk Buhit (toba) dan disanalah dia mendirikan kerajaan Sianjur Mula-mula( di akhir abad ke 13M)
  3. Raja Sipak-pak beserta para pengikut setianya pergi kedaerah Dai Ri ( sekarag tanah Pakpak) .
  4. Raja Jonggolnitano bersama pengikut setianya pergi kedaerah Aceh bagian timur dan berbaur dengan suku pribumi disana.
  5. Raja Mangissori/ Nagaisori bersama para pengikutnya pergi kedaerah Singkil dan Tapak tuan di sana mereka berbaur dengan suku singkil dan Gayor.
Setelah kerajaan Barus jatuh ketangan musuh, maka Meleyu Pagaruyung dan Saudagar Islam megubah nama kerajaan Barus menjadi Negri Pansur (paccur) seiring dengan situasi daerah itu banyak ditemui air terjun. Maka dari itu setiap penduduk yang tinggal disana diwajibkan masuk Agama Islam(sekitar Tahun,1345M). Sehingga terbenamlah kebudayaan Hindu Vubru Gru ( Parmalim) disana.

Seiring dengan perubahan Zaman di Dunia ,Zaman batu muda ke zaman perak (neolitikum ke Megalitikum) dan perubahan suhu panas bumi meningkat sehingga terjadilah pencairan es/Gleitser (pleistosen) pada peralihan zaman Messezoikum ke Arkezoikum, Maka beberapa waktu kemudian terbenamlah juga Pelabuhan Barus bersama Arca-arcanya dikarenakan naiknya permukaan air laut pada zaman itu.

7 comments:

  1. Artikel ini tidak sesuai dengan kenyataan bahwa barus adalah titik nol masuk nya islam ke indonesia, dan tugu titik nol di resmikan presiden jokowi, jika artikel ini di pertahankan, berarti bukan barus titik nol masuk nya islam,

    ReplyDelete
  2. Artikel ini tidak sesuai dengan kenyataan bahwa barus adalah titik nol masuk nya islam ke indonesia, dan tugu titik nol di resmikan presiden jokowi, jika artikel ini di pertahankan, berarti bukan barus titik nol masuk nya islam,

    ReplyDelete
  3. Artikel ini tidak sesuai dengan kenyataan bahwa barus adalah titik nol masuk nya islam ke indonesia, dan tugu titik nol di resmikan presiden jokowi, jika artikel ini di pertahankan, berarti bukan barus titik nol masuk nya islam,

    ReplyDelete
  4. Artikel ini tidak sesuai dengan kenyataan bahwa barus adalah titik nol masuk nya islam ke indonesia, dan tugu titik nol di resmikan presiden jokowi, jika artikel ini di pertahankan, berarti bukan barus titik nol masuk nya islam,

    ReplyDelete
  5. Pret...ini sumbernya salah... Ini hoax buatan kemarin sore.... Kerajaan Barus yang awal memiliki tanah minangkabau sebelum ditaklukkan Adityawarman...

    Zaman sultan Ibrahimsyah Pasaribu itu baru tahun 1200 an ... Dia dihormati di Silindung karena marga Pasaribu.... Perlu diketahui hampir seluruh marga Batak Toba (tidak Semua) keturunan ibu boru/Putri Pasaribu... Yang dalam adat Batak marga pemberi Ibu itu marga junjungan (Somba marhulahula/ menyembah)

    ReplyDelete
  6. Cerita ngaco, banyak belajar lg bro. Malu sama KEBENARAN.

    ReplyDelete
  7. Tuan Ibrahim Pasaribu leluhur saya jangan asal ngomong anda,di jaman itu aceh belum muslim, di barus duluan muslim leluhur kami yang menyebarkan ke aceh hingga terjadi peperangan, kami kalah dan barus di kuasai aceh, makanya aceh menggatakan islam bermulai dari aceh, dan kota barus masih ada kami sudah pindah dari sana kerna kekalahan itu, cek Google map barus, Sibolga, Sumatera Utara

    ReplyDelete